Sejak kasus suap impor daging menyergap PKS, banyak
yang menduga para kader akan semakin keder. Rupanya tidak. Justru
kekompakkan para kader malah membuat para hater (julukan kader bagi bullier) semakin keblinger. Kok bisa?
Dari sisi komunikasi organisasi, PKS sukses mengelola komunikasi
internalnya sedemikian rupa sehingga para kader hanya percaya informasi
yang datang dari orang dalam.
Sebetulnya, ketika diterpa kasus impor daging sapi yang diduga
melibatkan presidennya, PKS berada dalam dua pilihan: meraih kembali
kepercayaan dari publik eksternal atau dari publik internal? PKS memilih
yang kedua, meraih kembali kepercayaan publik internal. Ini tentu lebih
mudah dan lebih murah guna mempertahankan suara di 2014 nanti.
Kenapa lebih mudah? Tentunya karena para petinggi PKS sudah sangat
memahami struktur komunikasi internal dalam partainya. Supaya lebih
mudah dimengerti, saya coba analogikan struktur komunikasi internal ini
dengan satu kata: tempurung.
Bayangkan anda dalam satu organisasi besar yang terdiri dari
kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok punya pemimpin, sebutlah
pemimpin kecil. Di atasnya lagi ada pemimpin-pemimpin menengah, dan di
atasnya lagi ada pemimpin-pemimpin tinggi. Jika digambarkan, strukturnya
akan mirip tempurung. Lalu apa bedanya dengan struktur organisasi lain?
Sampai disini memang belum ada bedanya. Mari kita menukik lebih dalam.
Layaknya tempurung, struktur komunikasi PKS punya lapisan utama yang
keras, yakni ajaran agama Islam.
Lho, kan banyak juga organisasi, bahkan partai politik lain yang berlandaskan Islam?
Disinilah bedanya Islam versi PKS dengan Islam pada umumnya. Islam versi
PKS adalah Islam garis keras, Islam yang konservatif dan kaku. Ajaran
Islam garis keras ini sulit menerima kebenaran selain dari yang
diajarkan pemimpin-pemimpinnya. Kader yang kritis dan berseberangan
dengan pemimpin akan disingkirkan. Ajaran Islam garis keras juga mudah
menempatkan mereka yang tidak sepaham sebagai musuh bersama. Semangat
menghadapi musuh bersama ini juga digunakan untuk mempererat solidaritas
dalam tempurung. Sebagai contoh, kita bisa lihat betapa kompak dan
sengitnya kader-kader PKS melawan pemikiran pembaharuan Islam. Pada
akhirnya, pilihan aliran garis keras ini menguntungkan partai untuk
membentuk kader-kader yang penurut.
Selain itu, intensitas komunikasi internal yang tinggi (melalui
pengajian, kegiatan sosial, media sosial, dll) turut mengencangkan
ikatan solidaritas dalam tempurung. Kegiatan-kegiatan sosial yang
dilakukan para kader membuat mereka merasa saling memiliki. Kalau di
psikologi sosial ada konsep rasa kewargaan (sense of community) yang
tumbuh dari banyaknya aktivitas sesama warga, maka di PKS bisa dibilang
ada rasa kepartaian (sense of party) yang tinggi dari maraknya
kegiatan-kegiatan sesama kader. Setiap kegiatan yang diikuti para kader
menghasilkan semacam saham psikologis, sehingga mereka makin merasa
memiliki partai. Makanya slogan baru PKS berbunyi “cinta, kerja, dan
harmoni.” Dengan makin banyak “kerja,” maka para kader akan makin
terikat dengan partainya.
Ajaran konservatif, sentimen musuh bersama, dan ragam aktivitas sosial
senantiasa dipupuk pula melalui beragam teknologi media komunikasi.
Sejauh pengamatan saya, tidak ada partai lain yang punya begitu banyak
media sosial (twitter, facebook, websites, dll) seperti PKS. Antusiasme
kader dalam memanfaatkan media sosial juga begitu tinggi, satu hal yang
mudah dirasakan jika anda berteman di Facebook dengan kader PKS, atau
mengikuti akun Twitter mereka.
Yang menarik, pola komunikasi PKS di media sosial juga mengikuti
struktur tempurung. Petinggi-petinggi PKS sangat menyadari pentingnya
menjaga keutuhan tempurung saat tertimpa kasus impor daging sapi. Untuk
itu perlu ada penjaga gerbang (gatekeeper) yang menyortir informasi yang
masuk ke dalam tempurung. Informasi baru berupa temuan jurnalis dan
bukti-bukti suguhan lembaga peradilan senantiasa dan sesegera mungkin
diputarbalikkan sehingga para kader dalam tempurung tetap punya alasan
untuk tidak percaya. Penjaga gerbang pun dibuat berjenjang dari pemimpin
tinggi hingga ke kader untuk menjaga “harmoni” informasi di dalam
tempurung. Musuh bersama, seperti adanya konspirasi zionis melalui media
massa ataupun KPK, turut diciptakan untuk mengalihkan kabar-kabar baru.
Dan para kader mudah percaya karena mereka sudah saling terikat dalam
tempurung komunikasi internal partainya. Percuma saja menghujat atau
membully para kader karena mereka justru semakin solid dalam tempurung.
Setiap hujatan malah membuat mereka semakin yakin akan adanya musuh
bersama di luar tempurung. Kalau boleh bersaran: hentikanlah menghujat
para kader, berilah mereka waktu untuk kontemplasi dan menerima
kenyataan sebelum mereka terpuruk lebih dalam lagi. Seperti terukir di
slogan barunya, para kader saat ini sedang dirayu untuk menghayati rasa
“cinta” pada partainya. Mungkin ada yang bertanya, kenapa ada kata
“cinta” dalam slogan baru PKS? Jawabnya sederhana saja: hanya cinta yang
bisa memaafkan meski sudah dikhianati.
@dienanshari, Columbia, 21 Mei 2013
http://politik.kompasiana.com/2013/05/22/kader-dalam-tempurung-562343.html