Pernah melihat reaksi suporter sepak bola saat tim yang dijagokannya kalah? Jika kita lihat fakta di negerinya Wiro Sableng ini tak akan asing dengan ulah sebuah kelompok suporter bola yang luar biasa…ancur! Mulai dari merusak pagar, konvoi sampe bikin lalu lintas mampet, tak lupa sebagai ibadah rutinnya tawuran sampai babak belur. Hal ini pasti tak akan terjadi jika tanpa sebab. Juga dampak hebat dari sebuah fanatisme terhadap sebuah golongan ini mampu membuat mereka berjuang mati-matian mengalahkan semangat para pejuang 45. Masih akrab dalam ingatan kita kasus suporter bola yang meninggal karena tersangkut kabel listrik kereta api. Juga dalam beberapa kasus tawuran, tak jarang muncul korban jiwa…
Ada yang rela jauh-jauh datang, mengecat tubuhnya untuk mencari sensasi, dandan gila-gilaan maksudnya bukan dandan seperti orang gila, sampai rela mati demi membela tim kesayangan. Padahal jika mereka sudah memperoleh hasil pertandingan bahwa tim andalan mereka menang, lalu apa yang akan para suporter dapat? Untuk bisa hadir melihat secara langsung saja mereka harus membeli tiket dengan uang mereka, bukan tim kesayang mereka. Padahal tim yang dijagokan bermain bola tak lain karena demi mencari uang, bukan membela suporter mereka. Tentu anda lebih tahu jawabnya. Saat masuk arena pertandingan penuh sesak dan tak mungkin keluar jika pengin nonton sampe kelar, usai gitu jika kalah dilanjutkan dengan prosesi tawuran dan jika menang berlangsung dengan akad konvoi (kawinan, kaleee..!). pulang malam trus kecapekan deh ujung-ujungnya besok kesiangan. Sholat lima waktu atau bahkan sempatkah ngaji? Ya, amplop eh, ya ampun! …
terlebih sebentar lagi pada tahun 2010 ini akan diselenggarakan World Cup di Afrika Selatan. …perlu diketahui oleh semua muslim terutama, bahwa perhelatan hiburan akbar semisal ajang miss Universe maupun ajang olahraga ini jangan sampai melenakan kita dari perjuangan menuju tegaknya kemuliaan Islam. Terlebih ini adalah agenda Barat untuk memalingkan kita dari cahaya Islam. Sehingga sebagian dari kita lambat laun seperti tertawa di atas penderitaan saudara sesama muslim kita. Na’udzu billah! Aremania dan Bonekmania saja sudah cukup jadi fakta upaya separatisme, paham pemisahan antar golongan, dalam negeri kita secara menyelubung yang aman dari sentuhan hukum. Membuat generasi kita saling bermusuh-musuhan tanpa ada sebab yang jelas. Kisah yang mengenaskanpun tejadi saat pertandingan Persebaya diselenggarakan ada orang yang kecopetan dan teriak minta tolong. Namun naas, hanya karena KTP berdomisili Malang, nasib malang justru menimpa korban pencopetan tadi. Massa Bonek yang memang mengidap virus benci stadium III terhadap Aremania langsung menghujani pukulan penuh hasrat tanpa ampun. Sudah jatuh, tertimpa gajah! udah kecopetan, disuguhi bogem mentah. Akankah generasi kita mengalami krisis kepribadian yang akan menjadi sasaran empuk para penanam paham yang buruk…?
Ada peran kapitalis di balik itu semua
Coba deh, kita pikirkan baik-baik bahwa ketika semua perhatian kaum muslim dan sedunia tertuju pada perhelatan akbar semacam itu tentu akan mendatangkan pemasukan uang yang luar biasa besar baik bagi pihak penyelenggara acara, para pemain serta manajer, pihak sponsorship yang ambil bagian untuk mempromosikan produknya, dan juga pihak tak terduga yang turut mensaranai suksesnya acara tadi. Seperti pihak televise yang menayangkan, tempat penginapan dan wisata di daerah strategis sana, atau bahkan mulai dari pihak Negara yang dibajiri pemasukan dan devisa hingga tukang parkirnya. Coba kita tengok jika ada pertandingan sepak bola, dari sekian panjang rentetan kendaraan bermotor yang diparkir, berapa rupiah yang bisa diraup. Bahkan tarif parkir satu sepeda motor saja Rp 4.000,- serta tak jarang berjajar hingga memenuhi sepanjang jalan di areal stadion. Tentu dari sebuah olahraga yang mubah ini mampu menarik perhatian juga bagi pihak kapitalis, pemilik modal, pencari keuntungan sebanyak mungkin. Pasti sadar atau tidak, pihak konsumenlah yang jadi sasaran empuk lintah hijau ini karena satu-satunya orientasi diadakannya acara sensational semacam ini tak lain hanyalah uang. Jika bukan karena uang, lalu untuk apa lagi mereka adakan World Cup dengan dana spektakuler? Ya pasti balik modal, lah.
World Cup-mu Mengalihklan Duniaku
Ada campur tangan musuh Islam di balik itu semua…World Cup sendiri merupakan agenda untuk menghapus perhatian kaum muslim dan dunia akan penindasan yang terjadi di negeri-negeri kaum muslim tinggal. Di sebagian negara Eropa dan dunia yang masih berutang banyak budi terhadap peradaban Islam yang turut membebaskan mereka dari kedoktrinan dan masa kegelapan (The Dark Ages) seperti Turki, Inggris, dan sebagainya; justru umat muslim di sana diintimidasi dengan alasan war on terrorism. Konyolnya lagi di negeri Barat sebagai penjunjung tinggi HAM (Hak Asasi Manusia) terutama dalam hal beribadah sesuai kepercayaan masing-masing, seperti Amerika dan Eropa, justru di sana para muslimah berkerudung dan berjilbab diintimidasi dan dirazia, para pengemban dakwah dicurigai hingga disiksa dalam penjara, bahkan para generasi muslim di sana dikerdilkan semangat dan pemikiran Islam-nya. Jadi, siapa sang teroris sesungguhnya?
Di Indonesia di mana kaum muslim diserang kaum kafir dalam hal pemikiran, maka dakwah pemikiran menjadi urgensitas yang jauh lebih penting untuk menyadarkan masyarakat yang masih belum sadar atas kewajibannya sebagai seorang muslim, tak harus dengan fisik karena negeri kita bukan dalam suasana konflik. Tak hanya itu tapi juga membebaskan masyarakat dari yang namanya penjajahan dan penghambaan antar sesama makhluk, lalu mengalihkannya menuju pengahambaan terhadap sang Pencipta Kehidupan yang ada di langit dan bumi, Dia-lah Allah SWT.
Jauh lebih berharga jika segala yang Allah anugrahkan pada kita termasuk waktu, tenaga, pikiran, hingga materi kita; dapat kita pergunakan untuk membela kemuliaan Islam. Bukan terbuang sia-sia demi olahraga yang nyatanya tak memberi kemaslahatan sama sekali bagi umat. Bahkan adzab Allah akan menimpa kita jika justru muncul banyak kemungkaran akibat segala pontensi dari-Nya kita pergunakan di jalan yang dibenci-Nya. Seperti ash shabbiyah (membangga-banggakan golongan hingga berlebihan. Melebihi loyalitas kita pada Allah SWT dan Rasul-Nya), hingga muncul kerusakan, tawuran, dan sebagainya.